KLASIFIKASI
Klasifikasi Virus
Avian influenza (AI) merupakan virus yang sangat mudah bermutasi dengan melakukan genetic drift dan genetic shift, sehingga muncul virusAI baru yang tidak dikenal oleh sistem kekebalan tubuh yang ada.Virus influenza termasuk dalam famili Orthomyxoviridae dan dapat menginfeksi beragam spesies termasuk unggas, babi, kuda, hewan air, dan manusia.
Virus influenza diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C berdasarkan perbedaan antigenik pada nukleoprotein (NP) dan protein matriks (M), dan virus AI termasuk dalam tipe A. Selanjutnya subtipe ditetapkan berdasarkan antigeni-sitas pada dua buah glikoprotein permukaan, hemaglutinin (HA), dan neuraminidase (NA). Terdapat 15 subtipe HA dan 9 subtipe NA yang diidentifikasi pada influenza A. Lebih jauh sekuen asam amino pada daerah HA1 bertanggung jawab terhadap antigenisitas HA, sedangka perbedaan di antara subtipe adalah sekitar 30%.
Virus AI dengan semua subtipenya ditemukan pada spesies unggas, sedangkan pada mamalia hanya tiga subtipe HA yaitu subtipe H1, H2, H3, dan dua NA yaitu N1 dan N2. Dari 15 subtipe HA, hanya virus influenza subtipe H1, H2, dan H3 yang pernah menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia.
Virus AI yang dapat menyebabkan pandemi pada manusia terjadi pada saat reassortant (percampuran), yang menyebabkan gen hemaglutinin (HA) pada strain manusia digantikan gen alel dari virus avian influenza A. Hal ini pernah terjadi pada tahun 1957 dan 1958.
Strain virus influenza pada manusia dilaporkan berasal dari strain virus influenza pada unggas setelah berevolusi pada induk semang mamalia perantara. Pada tahun 1997 virus avian influenza A yang sangat identik dengan highly pathogenic (HP) subtipe H5N1 telah diisolasi dari penyakit yang menyerang ayam dan anak-anak yang sakit di Hongkong
Virus avian influenza HP H5 telah diisolasi sebelumnya dari wabah influenza pada peternakan. Hal ini dicatat sebagai kasus yang pertama tentang infeksi virus avian influenza H5 langsung pada manusia tanpa terlebih dulu beradaptasi pada induksemang perantara, yakni mamalia.
Berdasarkan patotipe, virus AIdibedakan dalam dua kelompok, yaitu highly pathogenic avian influenza (HPAI) yang bersifat ganas dan low pathogenic avian influenza (LPAI) yang bersifat kurang ganas.
Virus HPAI menunjukkan gejala kematian yang sangat tinggi, gangguan pernapasan, produksi telur berhenti atau menurun drastis, batuk,bersin, ngorok, sinusitis odema pada kepala dan muka, perdarahan jaringan subkutan diikuti sianosis kulit terutama pada kaki, kepala dan pial, serta diare dan gangguan syaraf.
Infeksi akibat LPAI biasanya tidak menimbulkan gejala klinis, tetapi dapat juga terjadi ovarium mengecil, pembengkakan ginjal, dan pengendapan asam urat. Penetapanvirus avian infuenza sebagai HP atau LP didasarkan pada intravenous pathogenicity index (IVPI) isolat virus dan sekuen asam amino pada cleavage site HA.
Unggas air dan burung migrasi merupakan reservoir untuk 15 subtipe HA virus AI, tetapi infeksi pada spesies jenis ini tidak menghasilkan gejala klinis. Dari reservoir ini, beberapa virus AI subtipe H5 dan H7 akan membahayakan unggas domestik. Selain itu, dengan adanya tekanan selektif, virus ini dapat beradaptasi pada inang yang baru dan menghasilkan virus yang virulen (ganas) yang disebut dengan virus HPAI. Semua virus HPAI disebabkan oleh subtipe H5 atau H7, tetapi tidak semua subtipe ini adalah HPAI.
Suatu virus AI dikatakan highy pathogenic apabila mempunyai nilai IVPI lebih besar 1,2. Dengan melakukan sekuensing pada genom virus AI, virus ini (HP) mempunyai multiple basic amino acids pada cleavage site HA dengan motif RR-R-K-K-R. Virus AI low pathogenic tidak mempunyai multiple basic amino acids pada cleavage site HA atau mempunyai motif R-E-T-R.
Perubahan satu sekuen saja pada cleavage site gen HA dari tipe virulen (HPAI) ke tipe avirulen (LPAI) akan mengurangi sebagian besar virulensi virus. Di Indonesia, sampai bulan Februari 2005, virus AI yang berasal dari wabah, yang telah diteliti berdasarkan sekuen pada cleavage site gen HA, masih merupakan virus AI virulen (HPAI).
MORFOLOGI
Secara morfologi, virus H5N1 dan H1N1 memiliki persamaan. Virus ini memiliki selubung dengan diameter 80-120 nm, mengandung genom RNA, beruntai tunggal, dan memiliki envelope berupa lipid bilayer yang permukaannya terdapat protein transmembran glikoprotein yaitu haemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Kedua protein ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Virus influenza tipe A memiliki 15 antigen H yaitu H1-H15 dan 9 antigen N yaitu N1-N9.
MEKANISME INFEKSI
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas biasanya jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya!
Virus ini dapat menular melalui :
• Melalui kontak dengan unggas sakit
• Udara
• Makanan
• Minuman
• Melalui makanan, air minum, pekerja di peternakan
• Perlengkapan kandang
• Keranjang ayam
• Egg tray
• Alat transportasi yang tercemar
GEJALA
Gejala umum yang dapat terjadi pada manusia :
• Demam tinggi
• Keluhan pernafasan
• Gangguan pada sistem pencernaan (jarang terlihat)
• Sakit pada dada
• Susah bernafas sakit kepala
• Otot terasa ngilu
Ciri unggas yang terinfeksi avian influenza :
• Unggas lemah
• Nafsu makan berkurang
• Jenger dan pial berwarna merah kehitaman sampai biru ,bengkak disertai perdarahan yang kental diujung-ujungnya
• Pembengkaaan pada muka dan kepala
• Diare,batuk,bersin dan ngorok
• Unggas merasa haus luar biasa
• Nafas cepat dan sulit
PENGEMBANGAN VAKSIN
Penggunaan vaksin flu burung pada unggas perlu dikaji ulang. Hal itu karena vaksinasi tersebut ternyata tidak efektif untuk mematikan virus yang ada di dalam tubuh unggas sehingga tidak bisa mengendalikan penyebaran virus itu kepada manusia. Sebagaimana diberitakan Kompas, ratusan peternak anggota Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) mulai menghentikan vaksinasi virus flu burung (AI). Sebab, hasil penelitian Lembaga Swadaya Masyarakat Civas menunjukkan, vaksinasi pada ayam lokal tidak signifikan meningkatkan kekebalan.
Hasil penelitian serupa juga dilakukan peneliti dari Tropical Disease Diagnostic Center Universitas Airlangga, drh CA Nidom. Dalam riset itu, tim peneliti membandingkan antara kelompok ayam yang diberi vaksin AI dan ayam yang tidak diberi vaksin.
Setelah dipaparkan dengan virus AI, ayam yang tak mendapat vaksin langsung mati. Adapun ayam yang divaksin dan terbentuk antibodinya tampak sehat.
Namun ternyata feses (kotoran) ayam yang divaksin itu positif mengandung virus AI sampai hari keenam atau hari terakhir pemeriksaan laboratorium.
Dirjen Peternakan Departemen Pertanian Tjeppy D Soedjana mengakui sampai saat ini pemerintah belum memiliki vaksin AI yang efektif memberantas flu burung yang menyerang unggas.
”Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya, termasuk bekerja sama dengan laboratorium referensi OIE untuk membuat vaksin dari isolat yang tepat yang kita temukan di lapangan,” katanya. Mengenai kapan vaksin tersebut selesai dibuat, itu tergantung dari kerja keras OIE-FAO.
Adapun Pelaksana Harian Direktur Kesehatan Hewan Deptan Agus Wiyono menyatakan, vaksin AI yang ada sekarang sudah cukup efektif.
Persoalan penanggulangan virus AI di Indonesia cukup kompleks karena ada berbagai macam jenis virus tergantung lokasi. Ada virus yang secara serologis mutasinya sudah jauh atau ganas, tetapi ada yang belum terlalu jauh—saat ini digunakan sebagai biang (master seed) vaksin.
PENCEGAHAN
1. Gunakan pelindung (Masker, kacamata renang, sarung tangan) setiap berhubungan dnegan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas
2. Setiap hal yang berasal dari saluran cerna unggas seperti sekresi harus ditanam/dibakar supaya tidak menular kepada lingkungan sekitar
3. Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan
4. Kandang dan Sekresi unggas tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
5. Memasak daging ayam dengan benar pada suhu 80 derajat dalam 1 menit dan membersihkan telur ayam serta dipanaskan pada suhu 64 derajat selama 5 menit.
6. Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
Yang paling penting adalah :
- Menjauhkan unggas dari pemukiman manusia untuk mengurangi kontak penyebaran virus
- Segera memusnahkan unggas yang mati mendadak dan unggas yang jatuh sakit utnuk memutus rantai penularan flu burung, dan jangan lupa untuk mencuci tangan setelahnya.
- Laporkan kejadian flu burung ke Pos Komando Pengendalian Flu Burung di nomor 021-4257125 atau dinas peternakan-perikanan dan dinas kesehatan daerah tempat tinggal anda.
PENGOBATAN
Penanganan flu burung dapat dilakukan dengan pengobatan atau pemberian obat flu seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI.
Jenis obat penanggulangan infeksi flu burung ada 2, pertama adalah obat seperti amantadine dan rimantadine yaitu ion channel (M2) blocker, yang menghalagi aktivitas ion channel dari virus flu jenis A dan bukan jenis B sehingga aliran ion hydrogen dapat diblok dan virus tidak dapat berkembang biak.
Sayang sekali bahwa jenis obat yang pertama ini dapat memicu tingkat resistensi virus terhadap zat obat, sehingga di hari ke 5 hingga ke 7 setelah konsumsi obat, 16-35% dari virus akan resisten karena adanya mutasi pada protein M2 pada virus. Oleh karena itu, obat jenis ini tidak dijual bebas di sembarang apotik, meskipun dengan pemberian resep dokter, karena dikhawatirkan kesalahan pemberian obat dapat menimbulkan munculnya jenis virus baru yang lebih ganas dan kebal terhadap obat ini.
Jenis obat yang kedua adalah Neurimidase (NA) inhibitor, jenis seperti Zanamivir dan Oseltamivir, dengan protein NA-nya yang berfungsi melepaskan virus yang bereplikasi di dalam sel, sehingga virus tidak dapat keluar dari dalam sel. Virus ini nantinya akan menempel di permukaan sel saja dan tidak akan pindah ke sel yang lain. Jenis obat yang kedua ini tidak menimbulkan resisten pada tubuh virus seperti jenis pada ion channel blocker.
Hingga sekarang peneliti telah berusaha keras untuk menciptakan jenis vaksin yang dapat mengantisipasi pandemik virus H5N1, namun karena virus ini selalu bermutasi maka dirasa penciptaan vaksin yang efektif tidak dapat cukup kuat melawan jenis virus H5N1 yang sekarang walaupun dirasa dapat efektif untuk mengantisipasi jenis baru yang akan muncul.
Walaupun penelitian vaksin jenis baru sedang digalakkan, WHO mengatakan bahwa percobaan klinis virus jenis pertama haruslah tetap dilakukan sebagai langkah yang esensial untuk mengatasi pandemik yang mungkin akan terjadi.
KESIMPULAN
Avian Influenza Adalah Penyakit unggas yang sangat menular disebabkan virus influenza type A(H5N1). Penyakit ini bersifat menular pada manusia (zoonosis),namun virus penyebabnya mudah mati oleh panas ,sinar matahari dan desinfektan seperti deterjen, formalin 255 , iodione dll.
MEDIA PEMBAWA VIRUS
Berasal dari ayam sakit, dan hewan lainya,pakan kotoran ayam , alat transportasi , rak telur ( egg tray) dan peralatan yang tercemar.
SIFAT VIRUS AVIAN INFLUENZA
Masa inkubasi (masuknya virus ke tubuh unggas sampai timbulnya gejalah sakit atau mati adalah beberapa jam sampai 3 hari
DAYA TAHAN TERHADAP VIRUS :
-Virus dalam daging akan mati pada suhu 80 derajad
Celcius selama 1 menit atau 70 derajad Celcius selama 30
menit
-Virus dalam telur akan mati pada suhu 64 derajad celcius
selama 45 menit
-Virus tahan hidup pada kotoran ayam suhu 4 derajad
Celcius selama 34 menit
-Virus tahan hidup di air (suhu 22 derajad celcius C) selama 4
hari dan suhu 0 derajad Celcius selama 30 hari
- Virus dapat bertahan hidup selama 14 hari setelah
depopulasi pemusnahan ayam , oleh karena itu pengisisan
kembali ayam baru sekurang-kurangnya 1 bulan
CARA PENULARAN DAN PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA
- Cara Langsung : Mel alui kontak dengan unggas sakit
- Tidak Langsung : Melalui pakan,air minum,pekerja di peternakan,perlengkapan kandang, keranjang ayam,egg tray dan alat transportasi yang tercemar
CIRI UNGGAS YANG TERINFEKSI AVIAN INFLUENZA
-Nafsu makan berkurang
-Jenger dan pial berwarna merah kehitaman sampai biru ,
bengkak disertai perdarahan yang kental diujung-ujungnya
-Pembengkaaan pada muka dan kepala
-Diare,batuk,bersin dan ngorok
-Unggas merasa haus luar biasa
-Nafas cepat dan sulit
-Mengeluarkan cairan dari mata dan hidung (kadang-lkadang)
Hingga sekarang peneliti telah berusaha keras untuk menciptakan jenis vaksin yang dapat mengantisipasi pandemik virus H5N1, namun karena virus ini selalu bermutasi maka dirasa penciptaan vaksin yang efektif tidak dapat cukup kuat melawan jenis virus H5N1 yang sekarang walaupun dirasa dapat efektif untuk mengantisipasi jenis baru yang akan muncul.
Walaupun penelitian vaksin jenis baru sedang digalakkan, WHO mengatakan bahwa percobaan klinis virus jenis pertama haruslah tetap dilakukan sebagai langkah yang esensial untuk mengatasi pandemik yang mungkin akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
ü Purnomo Hadi. 2005. Virologi 1. Semarang : Mikrobiologi FK UNDIP-RSDK
ü Bahri, Sjamsul, 2006, Situasi Avian Influenza pada Unggas di Indonesia dan upaya Pengendaliannya, Yogyakarta: Dit.KesehatanHewan, Ditjen Peternakan, Deptan, Jakarta.
ü http://www.kompas.com/
ü Departemen Komunikasi dan Informatika RI, 2005, Flu Burung, Ancaman dan Pencegahan, Jakarta: Badan InformasiPublik.
ü http://fluburung.org/pengobatan-flu-burung.asp
ü Departemen Pertanian, 2005, Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung ( ) Pada Peternakan Unggas skalaKecil, Jakarta: Biro Hukum dan Humas,Deptan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar